REALISME



REALISME

A.     PENDAHULUAN

Realisme dan Idealisme adalah dua faham filsafat yang saling bertentangan. Idealisme telah dianut oleh tokoh-tokoh pemikir, baik dari Barat atau Timur selama lebih dari dua ribu tahun. Selama pertengahan kedua dari abad ke-19, idealisme merupakan filsafat Barat yang dominan. Di lain pihak, realisme, dengan asumsinya bahwa itu berdiri sendiri di luar pikiran manusia, telah diterima orang sepanjang sejarah.
Realisme tidak pernah dipersoalkan oleh pemikir-pemikir Barat sampai abad ke-17. Kebanyakan orang mengira diri mereka itu ada, di tengah-tengah dunia benda-benda yang tidak ada hubungannya dengan mereka. Akal manusia dan alam di luarnya saling mempengaruhi, tetapi interaksi ini tidak mempengaruhi watak dasar dari alam. Alam sudah ada sebelum fikiran manusia sadar akan adanya dan akan tetap ada setelah akal tidak lagi menyadari akan adanya.

B. DEFINISI REALISME

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, realisme mengandung arti aliran atau ajaran yang selalu berpegang pada kenyataan, atau aliran seni yang berusaha mengungkapkan sesuatu sebagaimana kenyataan yang ada.[1]
Realisme dalam Seni, Realisme dalam dunia seni pada dasarnya merupakan usaha menggambarkan suatu objek seperti apa adanya.
Aliran seni ini muncul sebagai respon terhadap aliran neoklasik dan romantisisme. Romantisisme adalah sebuah gerakan seni intelektual yang mempengaruhi banyak seniman selama abad ke-17 dan abad ke-18.
Romantisisme menekankan pada emosi, kreativitas, dan imajinasi seniman.[2]
Realisme  muncul,  khususnya  di Inggris  dan  Amerika   Utara. Real berarti yang aktual, kata atau yang ada tersebut menunjuk kepada benda-benda atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh, artinya yang bukan sekadar khayalan atau apa yang ada dalam pikiran. Real menunjukkan apa yang ada. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real atau yang ada, yakni bertentangan dengan yang tampak. Dalam arti umum, realisme berarti kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada yang diharapkan atau yang diinginkan,akan tetapi dalam filsafat, kata realisme dipakai dalam arti yang lebih teknis.
Dalam arti filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa obyek indra kita adalah real, benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita.
Seorang realis bangsa Inggris, John Macmurray mengatakan:
Kita tidak bisa melepaskan diri dari fakta bahwa terdapat perbedaan antara benda dan ide. Ide adalah ide tentang sesuatu benda, suatu fikiran dalam akal kita yang menunjuk suatu benda. Dalam hal ini benda adalah realitas dan ide adalah 'bagaimana benda itu nampak pada kita'. Oleh karena itu, maka fikiran kita harus menyesuaikan diri dengan benda-benda , jika mau menjadi benar, yakni jika kita ingin agar ide kita menjadi benar, jika ide kita cocok dengan bendanya, maka ide itu salah dan tidak berfaedah. Benda tidak menyesuaikan dengan ide kita tentang benda tersebut. Kita harus mengganti ide-ide kita dan terus selalu menggantinya sampai kita mendapatkan ide yang benar.
Seorang filosof realis lainnya, yaitu Alfred North Whitehead, menjelaskan alasannya mengapa ia percaya bahwa benda yang kita alami harus dibedakan dengan jelas dari pengetahuan kita tentang benda tersebut. Dalam mempertahankan sikap obyektif dari realisme yang didasarkan atas kebutuhan sains dan pengalaman yang kongkrit dari manusia. Whitehead menyampaikan tiga pernyataan. Pertama, kita ini berada dalam alam warna, suara, dan lain obyek indrawi. Alam bukannya dalam diri kita dan tidak bersandar kepada indra kita. Kedua, pengetahuan tentang sejarah mengungkapkan kepada kita keadaan pada masa lampau ketika belum ada makhluk hidup di atas bumi dan di bumi terjadi perubahan-perubahan dan kejadian yang penting. Ketiga, aktivitas seseorang tampaknya menuju lebih jauh dari jiwa manusia dan mencari serta mendapatkan batas terakhir dalam dunia yang kita ketahui. Benda-benda mendapatkan jalan bagi kesadaran kita. "Dunia pemikiran yang umum" memerlukan dan mengandung "dunia indra yang umum"




C.    ADA TIGA ( 3 )  JENIS – JENIS ALIRAN REALISME MODEREN
Realisme adalah suatu istilah yang meliputi bermacam-macam aliran filsafat yang mempunyai dasar-dasar yang sama. Sedikitnya ada tiga aliran dalam realisme modern.
1)     Pertama, kecenderungan kepada materialisme dalam bentuknya yang modern. Sebagai contoh, materialisme mekanik adalah realisme tetapi juga materialisme.
2)     Kedua, kecenderungan terhadap idealisme. Dasar eksistensi mungkin dianggap sebagai akal atau jiwa yang merupakan keseluruhan organik. James B. Pratt dalam bukunya yang berjudul Personal Realism mengemukakan bahwa bentuk realisme semacam itu, yakni suatu bentuk yang sulit dibedakan dari beberapa jenis realisme obyektif.
3)     Ketiga, terdapat kelompok realis yang menganggap bahwa realitas itu pluralistik dan terdiri atas bermacam-macam jenis; jiwa dan materi hanya merupakan dua dari beberapa jenis lainnya.[3]

Aristoteles , ia memilahkan pengetahuan rasional menjadi tiga jenis, yaitu :
1)     Pengetahuan Produksi, yaitu pengetahuan tentang pembentukan hasil-hasil budaya atau seni yang artistik.
2)     Pengetahuan Praktis, yaitu pengetahuan tentang tindakan manusia sehari-hari dalam hubungannya dengan manusia lain. Misalnya:etika, ekonomi, dan politik.
3)     Pengetahuan Teoritik, yaitu pengetahuan yang objeknya tentang hal-hal yang tidak dapat berubah, abadi, tidak dapat terpisahkan dari benda yang menjadi objek pengetahuan. Misalnya:matematika, fisika, metafisika.[4]

D.  CIRI – CIRI KELOMPOK REALISME
1)    Kelompok realis membedakan antara obyek pikiran dan tindakan pikiran itu sendiri. Pada umumnya, kaum realis menekankan teori korespondensi untuk meneliti kebenaran pernyataan-pernyataan. Kebenaran adalah hubungan erat putusan kita kepada fakta-fakta pengalaman atau kepada dunia sebagaimana adanya. Kebenaran adalah kepatuhan kepada realitas yang obyektif.
2)    Seorang realis menyatakan, ia tidak menjauhkan diri dari fakta yang nyata. Ia menekan kemauan-kemauan dan perhatian-perhatiannya dan menerima perbedaan dan keistimewaan benda-benda sebagai kenyataan dan sifat yang menonjol dari dunia. Ia bersifat curiga terhadap generalisasi yang condong untuk menempatkan segala benda di bawah suatu sistem.
3)    Kebanyakan kaum realis menghormati sains dan menekankan hubungan yang erat antara sains dan filsafat. Tetapi banyak di antara mereka yang bersifat kritis terhadap sains lama yang mengandung dualisme atau mengingkari bidang nilai. Sebagai contoh, Alfred North Whitehead yang mencetuskan 'filsafat organisme'. Ia mengkritik pandangan sains yang tradisional yang memisahkan antara materi dan kehidupan, badan dan akal, alam dan jiwa, substansi dan kualitas-kualitas.[5]

E.  REALISME DALAM ADAB PERTENGAHAN
Selama Abad Pertengahan terdapat perdebatan antara realisme klasik (Platonik) dan nominalis yang bersikap bahwa nama jenis atau universal itu hanya nama, dan realita itu terdapat dalam persepsi atau benda-benda individual.
Kata-kata hanya menunjukkan jenis atau simbol dan tidak menunjukkan benda yang mempunyai eksistensi kecuali eksistensi partikular yang kemudian membentuk suatu kelas (jenis).
Perdebatan tersebut sangat penting selama Abad Pertengahan. Gereja Abad Pertengahan membantu realisme, karena nominalisme condong untuk mengurangi kekuasaan gereja.
Aristoteles adalah lebih realis, dalam arti modern, daripada gurunya, Plato. Aristoteles adalah seorang pengamat yang memperhatikan perincian benda-benda individual. Ia merasa bahwa realitas terdapat dalam benda-benda kongkrit atau dalam perkembangan benda-benda itu. Dunia yang riil adalah dunia yang kita rasakan sekarang, dan bentuk serta materi tidak dapat dipisahkan. Dari abad ke-12, pengaruh Aristoteles condong untuk menggantikan pengaruh Plato. Thomas Aquinas (1224-1274) menyesuaikan metafisika Aristoteles dengan teologi Kristen dan berhasil memberikan gambaran yang sempurna tentang filsafat skolastik Abad Pertengahan. Sintesanya yang besar itu dibentuk dalam tradisi realis[6].

F.     Implikasi Realisme dalam Pendidikan
Power (1982)  mengemukakan implikasi pendidikan realisme sebagai berikut:
1.  Tujuan
·      Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial;
2.  Kurikulum
·      Komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna berisi pengetahuan umum dan pengetahuan praktis;
3.  Metode
·      Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak langsung. Metodenya harus logis dan psikologis. Metode pontiditioning (Stimulua-Respon) adalah metode pokok yang digunakan;
4. Peran peserta didik
·      Menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam hal disiplin,  peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik;
5.   Peranan pendidik
·       Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik.

G.         Implikasi realisme dalam pendidikan sebagai berikut:
a.    Tujuan pendidikan
Aristoteles berpendapat bahwa pendidikan bertujuan membantu manusia mencapai kebahagiaan dengan mengembangkan potensi diri seoptimal mungkin agar manusia menjadi unggul. Rasionalitas manusia adalah kekuatan tertinggi manusia yang harus dikembangkan melalui belajar berbagai macam ilmu pengetahuan. Manusia harus pula memberanikan diri untuk mengenal diri, melatih potensi dan mengintegrasikan berbagai peran dan tuntutan kehidupan sesuai dengan tatanan rasional berjenjang.


b.    Konsep tentang sekolah
Setiap lembaga memilki peran khusus, seperti lembaga keluarga, lembaga gereja, demikian pula lembaga sekolah. Sekolah adalah lembaga khusus yang misi utamanya adalah memajukan rasionalitas manusia. Sebagai institusi formal, maka harus mempunyai guru yang kompeten ahli dalam bidangnya dan mengetahui bagaimana cara mengajar kepada peserta didik yang belum dewasa. Fungsi utama sekolah adalah pengembangan intelektual yang efisien. Sedangkan yang lain hanya fungsi sekunder, seperti fungsi reaksional, fungsi komunitas social dan lain lain. Menggunakan sekolah sebagai agen layanan sosial berarti membelokkan tujuan sekolah sehingga akhirnya sekolah menjadi tidak efisien.
c.       Kurikulum
Kenyataan adalah obyek yang dapat diklasifikasikan dalam kategori kategori berdasarkan kesamaan strukturnya. Ada berbagai disiplin ilmu berdasarkan kelompok ilmu yang saling berkaitan untuk menjelaskan realitas. Setiap ilmu merupakan sistem konsep dengan struktur tersendiri. Struktur mengacu pada kerangka konseptual dan makna serta generalisasinya yang menerangkan tentang kenyataan, fisikal, alamiah, sosial, dan realitas manusia . peran sarjana dan ilmuwan penting untuk menentukan wilayah kurikulernya. Mereka ini tahu batas keahliannya dan bidang garapannya. Mereka terlatih dengan metode inquiry yang merupakan cara efisien dalam penemuan berdasarkan riset ilmiah.
Cara paling efisien dan efektif untuk memahami kenyataan adalah belajar sistematis suatu disiplin ilmu. Maka, kurikulum sebarusnya terdiri dari dua komponen dasar. Pertama, bidang ilmu tertentu seperti sejarah, biologi, kimia, dan lain lain. Kedua ilmu tentang kependidikan untuk membentuk kesiapan dan kedewasaan siswa.

H.    Ajaran Pokok Realisme
1) Kita hidup dalam sebuah dunia yang di dalamnya terdapat banyak hal : manusia, hewan, tumbuhan, benda, dan sebagainya yang eksistensinya benar-benar nyata dan ada dalam dirinya sendiri.
2) Objek-objek kenyataan itu berada tanpa memandang harapan dan keinginan manusia.
3)  Manusia dapat menggunakan nalarnya untuk mengetahui tentang obyek ini.
4) Pengetahuan yang diperoleh tentang obyek hukumnya dan hubungannya satu sama lain adalah petunjuk yang paling diandalakan untuk tindakan tindakan manusia.
I.    KELEMAHAN DAN KELEBIHAN REALISME DALAM PENDIDIKAN
Aliran filsafat realisme memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, adapun kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh aliran realisme diantaranya adalah sebagai berikut:
a)  Kelebihannya:
1)  Program pendidikan terfokus sehingga peserta didik dapat menyesuaikan diri secara tepat dalam hidup, dan dapat melaksanakan tanggung jawab sosial dalam hidup bermasyarakat.
2)  Peranan peserta didik adalah penguasaan pengetahuan yang handal sehingga mampu mengikuti perkembangan Iptek.
3)  Dalam hubungannya dengan disiplin, tatacara yang baik sangat penting dalam belajar. Artinya belajar dilakukan secara terpola berdasarkan pada suatu pedoman. Karena peserta didik perlu mempunyai disiplin mental dan moral untuk setiap tingkat kebaikkan.
4)  Kurikulum komprehensif yang berisi semua pengetahuan yang berguna dalam penyesuaian diri dalam hidup dan tanggung jawab sosial.  Kurikulum berisi unsur-unsur pendidikan umum untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan pendidikan praktis untuk kepentingan bekerja.
5)    Metodenya logis dan psikologis, semua kegiatan belajar berdasarkan pengalaman baik langsung maupun tidak langsung. Metode mengajar bersifat logis, bertahap dan berurutan.

b)   Kelemahannya:
1)    Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama. Menurutnya pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun, tidak semua manusia itu sama dalam menangkap pelajaran karena kemampuan tiap orang berbeda-beda sehingga harus disesuaikan dalam proses pendidikan.
2)    Kekeliruan menilai persepsi, tidak ada penjelasan mengenai objek khayalan/halusinasi, semua persepsi tergantung konteks visual.[7]

J.     KESIMPULAN
1.  Realisme  muncul,  khususnya  di Inggris  dan  Amerika   Utara. Real berarti yang aktual, kata atau yang ada tersebut menunjuk kepada benda-benda atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh, artinya yang bukan sekadar khayalan atau apa yang ada dalam pikiran. Real menunjukkan apa yang ada. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real atau yang ada, yakni bertentangan dengan yang tampak
2.  Realisme mengandung arti aliran atau ajaran yang selalu berpegang pada kenyataan, atau aliran seni yang berusaha mengungkapkan sesuatu sebagaimana kenyataan yang ada.
3.  Dalam arti filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa obyek indra kita adalah real, benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita.
4.  Realisme dalam Seni, Realisme dalam dunia seni pada dasarnya merupakan usaha menggambarkan suatu objek seperti apa adanya.

5.  Ciri – Ciri Kelompok Realisme
1)  Kelompok realis membedakan antara obyek pikiran dan tindakan pikiran itu sendiri.
2)  Seorang realis menyatakan, ia tidak menjauhkan diri dari fakta yang nyata. Ia menekan kemauan-kemauan dan perhatian-perhatiannya dan menerima perbedaan dan keistimewaan benda-benda sebagai kenyataan dan sifat yang menonjol dari dunia.
3)  Kebanyakan kaum realis menghormati sains dan menekankan hubungan yang erat antara sains dan filsafat. Tetapi banyak di antara mereka yang bersifat kritis terhadap sains lama yang mengandung dualisme atau mengingkari bidang nilai.


6.    Ada Tiga ( 3 )  Jenis – Jenis Aliran Realisme Moderen,yaitu :
1)    Kecenderungan kepada materialisme dalam bentuknya yang modern. Sebagai contoh, materialisme mekanik adalah realisme tetapi juga materialisme.
2)    Kecenderungan terhadap idealisme. Dasar eksistensi mungkin dianggap sebagai akal atau jiwa yang merupakan keseluruhan organik. James B. Pratt dalam bukunya yang berjudul Personal Realism mengemukakan bahwa bentuk realisme semacam itu, yakni suatu bentuk yang sulit dibedakan dari beberapa jenis realisme obyektif.
3)    Terdapat kelompok realis yang menganggap bahwa realitas itu pluralistik dan terdiri atas bermacam-macam jenis; jiwa dan materi hanya merupakan dua dari beberapa jenis lainnya

7.    Gereja Abad Pertengahan membantu realisme, karena nominalisme condong untuk mengurangi kekuasaan gereja.

8.    Nominalis adalah kelompok yang bersikap bahwa nama jenis atau universal itu hanya nama, dan realita itu terdapat dalam persepsi atau benda-benda individual. Kata-kata hanya menunjukkan jenis atau simbol dan tidak menunjukkan benda yang mempunyai eksistensi kecuali eksistensi partikular yang kemudian membentuk suatu kelas (jenis).

9.  Tokoh- tokoh Aliran Realisme, antara lain:
1)     John Macmurray ,
2)      Alfred North Whitehead
3)     Aristoteles
4)     Thomas Aquinas
10. implikasi pendidikan realisme sebagai berikut:
1)    Tujuan
·      Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial;
2)    Kurikulum
·      Komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna berisi pengetahuan umum dan pengetahuan praktis;

3)  Metode
·      Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak langsung. Metodenya harus logis dan psikologis. Metode pontiditioning (Stimulua-Respon) adalah metode pokok yang digunakan;
4) Peran peserta didik
·      Menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam hal disiplin,  peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik;
5) Peranan pendidik
·       Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik.
K.  KELEMAHAN DAN KELEBIHAN REALISME DALAM PENDIDIKAN
a.     Kelebihannya:
1)    Program pendidikan terfokus sehingga peserta didik dapat menyesuaikan diri secara tepat dalam hidup, dan dapat melaksanakan tanggung jawab sosial dalam hidup bermasyarakat.
2)    Peranan peserta didik adalah penguasaan pengetahuan yang handal sehingga mampu mengikuti perkembangan Iptek.
3)  Dalam hubungannya dengan disiplin, tatacara yang baik sangat penting dalam belajar. Artinya belajar dilakukan secara terpola berdasarkan pada suatu pedoman. Karena peserta didik perlu mempunyai disiplin mental dan moral untuk setiap tingkat kebaikkan.
4)  Kurikulum komprehensif yang berisi semua pengetahuan yang berguna dalam penyesuaian diri dalam hidup dan tanggung jawab sosial.  Kurikulum berisi unsur-unsur pendidikan umum untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan pendidikan praktis untuk kepentingan bekerja.
5)    Metodenya logis dan psikologis, semua kegiatan belajar berdasarkan pengalaman baik langsung maupun tidak langsung. Metode mengajar bersifat logis, bertahap dan berurutan.

c)    Kelemahannya:
1)    Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama. Menurutnya pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun, tidak semua manusia itu sama dalam menangkap pelajaran karena kemampuan tiap orang berbeda-beda sehingga harus disesuaikan dalam proses pendidikan.
2)    Kekeliruan menilai persepsi, tidak ada penjelasan mengenai objek khayalan/halusinasi, semua persepsi tergantung konteks visual.[8]





DAFTAR PUSTAKA

1.  Badudu,Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996
2.  Jannes Alexander Uhi,  Pengembangan Epistemologi Realisme Melalui Prinsip-Prinsip  Kultural,Makalah Program Doktor  Filsafat UGM,2013.
3.  Sudrajat, Prof, Bahan Ajar Universitas Negeri Yogyakarta Mata Kuliah Filsafat Pendidikan, UNY,2013.
5.  http://anick-filsafatpendidikana.blogspot.com/



[1] Badudu,Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996,hal. 1142
[2] http://amazine.co/22392/seni-lukis-realisme-sejarah-karakteristik-tokoh-realisme/

[3] Sudrajat, Prof, Bahan Ajar Universitas Negeri Yogyakarta Mata Kuliah Filsafat Pendidikan, UNY,2013,hal.24-26
[4]  Jannes Alexander Uhi,  Pengembangan Epistemologi Realisme Melalui Prinsip-Prinsip  Kultural,Makalah Program Doktor  Filsafat UGM,2013, hal.6
[5] Op.cit. hal.28
[6] Ibid., hal.
[7] http://anick-filsafatpendidikana.blogspot.com/
[8] http://anick-filsafatpendidikana.blogspot.com/

0 Response to "REALISME"

Post a Comment