MERENCANAKAN PENDEKATAN, MODEL, METODE DAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG TEPAT
DAPAT MENUNJANG KEBERHASILAN
PROSES BELAJAR MENGAJAR
( Makalah Tentang
Strategi Pembelajaran )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perencanaan pembelajaran
yang bermutu adalah tahap awal dari terwujudnya proses pembelajaran yang
efektif dan efisien. Hal itu adalah pesan yang diamanatkan oleh Standar Nasional Pendidikan pada Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 19/2005 pasal 19 tentang Standar Proses. Pada pasal 19 ayat 3 dinyatakan bahwa
setiap satuan pendidikan (sekolah) melakukan perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran untuk terlaksananya
proses pembelajaran yang efektif dan efisien
Mengajar pada hakikatnya ialah suatu proses mengatur
dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Mengajar juga
merupakan proses memberikan bimbingan/bantuan kepada anak didik dalam melakukan
proses belajar.
Mengajar merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan
keterlibatan individu anak didik. Bila tidak ada anak didik atau objek didik,
siapa yang diajar. Hal ini perlu sekali guru sadari agar tidak terjadi
kesalahan tafsir terhadap kegiatan pengajaran.
Karena itu, belajar dan mengajar merupakan istilah
yang sudah baku dan menyatu di dalam konsep pengajaran. Kegiatan belajar dan mengajar adalah suatu kondisi dengan sengaja
diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru
yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi
ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya.
Di sanalah semua komponen pengajaran diperankan secara
optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum
pengajaran dilaksanakan.
Peranan guru sebagai pembimbing bertolak dari cukup
banyaknya anak didik yang bermasalah. Dalam belajar ada anak didik yang cepat
mencerna bahan. Ada anak didik yang sedang dalam mencerna bahan. Dan ada pula
anak didik yang lamban mencerna bahan yang diberikan oleh guru. Ketiga tipe
belajar anak didik ini menghendaki agar guru
mengatur strategi pengajarannya yang sesuai dengan gaya-gaya belajar anak
didik.
B.
Pengertian
dan Perbedaan Pendekatan, Model,
Metode Dengan Strategi Pembelajaran
Ø Pendekatan Pembelajaran: Perspektif teori yang dapat digunakan sebgai
landasan dalam memilih model, metode dan teknik pembelajaran. Contoh: pendekaan
keterampilan proses, pendekatan CTL, pendekatan konsep, pendekatan inquiri dsb.
Ø Model Pembelajaran: prosedur pembelajaran sistimatis berbentuk
langkah-langkah pembelajaran (sintaks)
Ø Metode Pembelajaran: Cara dalam menyelenggarakan kegiatan belajar yang
menggambarkan bentuk kegiatan siswa. Contoh: Metode diskusi, metode observasi,
metode eksperimen, metode dermonstrasi, metode bermasin peran. Dsb.
Ø Strategi Pembelajaran: Perencanaan dalam menyelenggarakan kegiatan belajar yang
menggambarkan bentuk kegiatan siswa. Contoh: SPE & SPI
C. Pengertian Belajar dan Mengajar
Belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungan ( Moh. Surya, 1992, 23).
Pengertian
Belajar menurut C.T. Morgan dalam buku Introduction To Psychology (1961),
Belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai
akibat / hasil dari pengalaman yang lalu. Ringkasnya ia mengatakan bahwa
belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.Siswa mengalami suatu
proses belajar.
Dalam proses belajar tesebut, siswa
menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar.
Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang dibelajarkan dengan
bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat. Adanya informasi tentang
sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan keberhasilan
belajar, menyebabkan siswa semakin sadar, akan kemampuan dirinya.
Percival dan Ellington dalam
Daryanto (2010: 59), mengungkapkan “Belajar adalah perubahan yang terjadi
karena hubungan yang stabil antara stimulus yang diterima oleh organisme secara
individual dengan respon yang tersamar, dimana rendah, besar, kecil, dan
intensitas respon tersebut tergantung pada tingkat kematangan fisik, mental dan
tendensi yang belajar”. Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup
manusia.
Dapat
disimpulkan dari ketiga pendapat tersebut , belajar adalah suatu tindakan sadar
yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan dalam diri mereka atas
stimulasi lingkungan dan proses mental mereka sehingga bertambah pengetahuannya.
Pengertian
Mengajar Jerome S. Brunner dalam bukunya Toward a theory of instruction
mengemukakan bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan
dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa. Ngalim
Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (1998: 150)
mengemukakan yang dimaksud dengan mengajar ialah memberikan pengetahuan atau
melatih kecakapan-kecakapan atau keterampilan-keterampilan kepada anak-anak.
D. Pengertian
Keberhasilan Belajar Mengajar
Keberhasilan Belajar Mengajar
menurut Moh Uzer Usman dan Lilis Setyawati dalam buku Upaya Optimalisasi Kegiatan
Belajar Mengajar (1993: 7-8) mengemukakan sebagai berikut. Untuk menyatakan
bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, bahwa setiap guru
memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filosofinya.
Namun untuk menyamakan persepsi
sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah
disempurnakan antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu
bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila TIK tersebut dapat tercapai. Untuk
mengetahui tercapai tidaknya TIK, guru perlu mengadakan tes formatif setiap
selesai menyajikan satu satuan bahasan kepada siswa. Indikator yang dijadikan
sebagai tolak ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat
dikatakan berhasil.
E. Indikator Keberhasilan Belajar Mengajar
Keberhasilan belajar mengajar dapat dilihat dari :
- Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
- Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajarkan intruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
Akan tetapi,
indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya
serap.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Empat
Strategi Dasar Dalam Mengajar
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan
tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan. Apakah
yang dijadikan sasaan dalam kegiatan belajar mengajar. Sasaran yang dituju
harus jelas dan terarah.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat
dan efektif untuk mencapai sasaran.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar
yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh
guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria
serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam
melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan
dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem instruksional yang
bersangkutan secara keseluruhan.
B. Menetapkan
Sasaran atau Tujuan Kegiatan Belajar Mengajar
Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran
atau tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat
operasional dan konkret, yakni tujuan instruksional khusus (TIK) dan tujuan
instruksional umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional, sampai kepada tujuan
yang bersifat universal.
Tujuan dalam pengajaran adalah suatu cita-cita yang
bersifat normatif. Dengan kata lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang
harus ditanamkan kepada anak didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara
anak didik bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosialnya, baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
Tujuan pengajaran yang berjenjang dari yang umum/luas
sampai kepada yang khusus/sempit, haruslah berhubungan antara yang satu dengan
yang lainnya, dan tujuan di bawahnya menunjang tujuan di atasnya. Bila tujuan
terendah tidak tercapai, maka tujuan di atasnya juga tidak tercapai, sebab
rumusan tujuan terendah biasanya menjadikan tujuan di atasnya sebagai pedoman.
Ini berarti bahwa dalam merumuskan tujuan harus benar-benar memperhatikan
kesinambungan setiap jenjang tujuan dalam pendidikan dan pengajaran.
Tujuan adalah komponen belajar mengajar yang dapat
mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan
belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan alat evaluasi. Semua
komponen itu harus bersesuaian dan didayagunakan untuk mencapai tujuan
seefektif dan seefisien mungkin. Bila salah satu komponen tidak sesuai dengan
tujuan, maka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tidak akan dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Karena itu, rumusan tujuan yang operasional dalam
belajar mengajar mutlak dilakukan oleh guru sebelum melakukan tugasnya di
sekolah.
C.
Berbagai Pendekatan Dalam Mengajar
Ketika kegiatan belajar mengajar berproses, guru harus
ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan
segala konsekuensinya. Semua kendala yang terjadi dan dapat menjadi penghambat
jalannya proses belajar mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik
maupun yang bersumber dari luar diri anak didik, harus guru hilangkan, dan
bukan membiarkannya. Karena keberhasilan belajar mengajar lebih banyak
ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas.
Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan
secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik.
Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap
guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal
ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.
Sebaiknya seorang guru memandang anak didiknya sebagai
individu dengan segala perbedaannya, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam
pengajaran.
Ada beberapa pendekatan dalam pengajaran guna membantu
guru dalam memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar.
1. Pendekatan Individual
Masing-masing anak didik memiliki karakteristik
tersendiri yang berbeda dari satu anak didik dengan anak didik lainnya. Mereka
belajar dengan gaya yang berbeda-beda. Perilaku mereka juga bermacam-macam.
Perbedaan individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa
strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek
individual ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual
dalam melakukan kegiatan belajar mengajarnya. Contoh, untuk menghentikan anak
didik yang suka bicara, caranya adalah dengan memisahkan/memindakan salah satu
dari anak didik tersebut pada tempat yang terpisah dengan jarak yang cukup
jauh. Anak didik yang suka bicara ditempatkan pada kelompok anak didik yang
pendiam.
2. Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok suatu waktu diperlukan dan perlu
digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Dengan
pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuhkembangkan rasa sosial yang
tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa
egois yang ada dalam diri mereka masing-masing. Sehingga terbina sikap
kesetiakawanan sosial di kelas. Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja
sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya memiliki kekurangan dan
kelebihan. Yang memiliki kelebihan mau membantu yang memiliki kekurangan, dan
mereka yang memiliki kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang
memiliki kelebihan, tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi
di kelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Inilah yang
diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif dan mandiri.
3. Pendekatan Bervariasi
Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa
permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam.
Kasus yang biasanya muncul dalam pengajaran dengan berbagai motif, sehingga
diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan
bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan
pengajaran.
4. Pendekatan Edukatif
Apa pun yang guru lakukan dalam pendidikan dan
pengajaran, hendaknya dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif
lain seperti karena dendam, gengsi, ingin ditakuti, dan lain sebagainya. Anak
didik yang telah melakukan kesalahan, misalnya, tidak tepat diberikan sanksi
hukum dengan cara memukul badannya hingga luka atau cidera. Ini adalah tindakan
sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan pendekatan
yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk
menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana
jika menggunakan kekuasaan, karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian anak didik.
D.
Penggunaan Metode Pengajaran
Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang
bernilai pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan
anak didik, ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada anak didik di
kelas. Bahan pelajaran yang guru berikan itu akan kurang memberikan dorongan
(motivasi) kepada anak didik bila penyampaiannya menggunakan strategi yang
kurang tepat. Di sinilah kehadiran metode menempati posisi penting dalam penyampaian
bahan pelajaran.
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat
melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang
telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan. (Syaiful
Bahri Djamarah, 1991, 72)
Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan
pemakaian metode justru akan mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan
pengajaran. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya
disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah
dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang
kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran.
Karena itu, guru sebaiknya memperhatikan dalam pemilihan dan penentuan metode
sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di kelas.
Dalam penggunaan metode terkadang guru harus
menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengaruhi
penggunaan metode. Tujuan instruksional adalah pedoman yang mutlak dalam
pemilihan metode. Dalam perumusan tujuan, guru perlu merumuskannya dengan jelas
dasn dapat diukur. Dengan begitu mudahlah bagi guru menentukan metode yang
bagaimana yang dipilih guna menunjang pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.
Berikut ini akan dijelaskan praktik kombinasi metode
mengajar. Karena dalam praktiknya, metode mengajar memang tidak digunakan
sendiri-sendiri, tetapi merupakan kombinasi dari beberapa metode mengajar.
Diharapkan dengan uraian ini kita akan mendapatkan gambaran bagaimana
mempraktikkan metode mengajar.
No.
|
Langkah
|
Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
|
1.
|
Persiapan
|
1.
Menciptakan kondisi belajar siswa.
|
2.
|
Pelaksanaan
|
2.
Penyajian, tahap guru menyampaikan bahan pelajaran (metode ceramah).
3.
Asosiasi/komparasi, artinya memberi kesempatan kepada siswa untuk
menghubungkan dan membandungkan materi ceramah yang telah diterimanya melalui
tanya jawab (metode tanya jawab).
4.
Generalisasi/kesimpulan, memberikan tugas kepada siswa untuk membuat
kesimpulan melalui hasil ceramah (metode tugas).
|
3.
|
Evaluasi
|
5.
Mengadakan penilaian terhadap pemahaman siswa mengenai bahan yang telah
diterimanya, melalui tes lisan dan tulisan atau tugas lain.
|
2. Metode
Ceramah, Diskusi dan Tugas
No.
|
Langkah
|
Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
|
1.
|
Persiapan
|
1.
Menciptakan kondisi belajar siswa.
2.
Memberikan informasi/penjelasan tentang masalah tugas dalam diskusi (metode
ceramah).
3.
Mempersiapkan sarana/prasarana untuk melakukan diskusi (tempat, peserta dan
waktu).
|
2.
|
Pelaksanaan
|
4. Siswa
melakukan diskusi:
|
3.
|
Evaluasi/tindak
lanjut
|
5.
Memberikan tugas kepada siswa untuk:
|
3.
Metode Ceramah, Demonstrasi dan Eksperimen
No.
|
Langkah
|
Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
|
1.
|
Persiapan
|
1.
Menciptakan kondisi belajar siswa untuk melaksanakan demonstrasi dengan:
|
2.
|
Pelaksanaan
|
2.
Mengajukan masalah kepada siswa (ceramah)
Melaksanakan
demonstrasi:
|
3.
|
Evaluasi/tindak
lanjut
|
3. Beri
kesempatan kepada siswa untuk tidak lanjut mencoba melakukan sendiri (metode
eksperimen).
4. Membuat
kesimpulan hasil demonstrasi.
5.
Mengajukan pertanyaan kepada siswa.
|
4. Metode
Ceramah, Sosiodrama dan Diskusi
No.
|
Langkah
|
Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
|
1.
|
Persiapan
|
1.
Menentukan dan menceritakan situasi sosial yang akan didramatisasikan (metode
ceramah)
2. Memilih
para pelaku.
3.
Mempersiapkan pelaku untuk menentukan peranan masing-masing.
|
2.
|
Pelaksanaan
|
4. Siswa
melakukan sosiodrama.
5. Guru
menghentikan sosiodrama pada saat situasi sedang memuncak (tegang)
6. Akhiri
sosiodrama dengan diskusi tentang jalan cerita, atau pemecahan masalah
selanjutnya.
|
3.
|
Evaluasi/tindak
lanjut
|
7. Siswa
diberi tugas untuk menilai atau memberi tanggapan terhadap pelaksanaan
sosiodrama.
8. Siswa
diberi kesempatan untuk membuat kesimpulan hasil sosiodrama.
|
5. Metode
Ceramah, Problem Solving dan Tugas
No.
|
Langkah
|
Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
|
1.
|
Persiapan
|
1.
Menentukan dan menjelaskan masalah (metode ceramah).
2.
Menyediakan alat/buku-buku yang relevan dengan masalah tersebut.
|
2.
|
Pelaksanaan
|
3. Siswa
mengadakan identifikasi masalah.
4.
Merumuskan hipotesis atau jawaban sementara dalam memecahkan masalah
tersebut.
5.
Mengumpulkan data atau keterangan yang relevan dengan masalah.
6. Menguji
hipotesis (siswa berusaha memecahkan masalah yang dihadapinya dengan data
yang ada).
|
3.
|
Evaluasi/tindak
lanjut
|
7. Membuat
kesimpulan pemecahan masalah.
8. Memberi
tugas kepada siswa untuk mencatat hasil pemecahan masalah (metode tugas).
|
6. Metode
Ceramah, Demonstrasi dan Latihan
No.
|
Langkah
|
Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
|
1.
|
Persiapan
|
1.
Menyediakan peralatan yang diperlukan.
2.
Menciptakan kondisi anak untuk belajar.
|
2.
|
Pelaksanaan
|
3.
Memberikan pengertian/penjelasan sebelum latihan dimulai (metode ceramah).
4.
Demonstrasikan proses atau prosedur itu oleh guru dan siswa mengamatinya.
|
3.
|
Evaluasi/tindak
lanjut
|
5. Siswa
diberi kesempatan mengadakan latihan (metode latihan).
6. Siswa
membuat kesimpulan dari latihan yang ia lakukan.
7. Guru
bertanya kepada siswa.
|
E.
Keberhasilan Belajar Mengajar
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan
berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing. Namun untuk menyamakan
persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang
telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang
suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional
khusus (TIK) tercapai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK, guru perlu mengadakan tes formatif
setiap selesai menyajikan satu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini
untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan instruksional khusus
(TIK) yang ingin dicapai. Fungsi penilaian ini adalah untuk memberikan umpan
balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan
program remedial bagi siswa yang belum berhasil.
1. Indikator Keberhasilan
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar
mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal tersebut:
a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi,
baik secara individual maupun kelompok.
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus
(TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual meupun kelompok.
Namun
demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah
daya serap.
2. Penilaian Keberhasilan
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan
belajar, dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar.
a. Tes formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau
beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut.
b. Tes subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu
yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran
daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes
subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan
diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
c. Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa
terhadap bahan pokok-pokok bahsan yang telah diajarkan selama satu semester,
satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau
taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil
tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat atau
sebagai ukuran mutu sekolah.
3. Tingkat Keberhasilan
Keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa
tingkatan atau taraf. Tingkat keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Istimewa/maksimal: apabila seluruh bahan pelajaran
yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.
b. Baik sekali/optimal: apabila sebagian besar
(76%-99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
c. Baik/minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan
hanya 60%-75% saja dikuasai oleh siswa.
d. Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan
kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.
F.
Penggunaan Media Dalam Proses Belajar Mengajar
Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau
penyalur pesan. Dalam proses belajar mengajar, kehadiran media mempunyai arti
yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut, ketidakjelasan bahan yang
disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara.
Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan
dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan
melalui kata-kata atau kalimat tertentu.
Namun perlu diingat, bahwa peranan media tidak akan
terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran
yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai
pangkal acuan untuk menggunakan media.
1. Macam-macam Media
Dilihat dari jenisnya, media dibagi menjadi:
a. Media auditif (suara), seperti radio, kaset recorder,
piringan hitam.
b. Media visual (mengandalkan indra penglihatan),
seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto,
gambar atau lukisan.
c. Media audio visual (memiliki unsur suara dan
gambar), seperti film rangkai suara, film video cassette.
2. Langkah Mengajar dengan Mempergunakan Media
- Merumuskan tujuan pengajaran dengan memanfaatkan media.
- Persiapan guru. Pada fase ini, guru memilih dan menetapkan media mana yang akan dimanfaatkan guna mencapai tujuan.
- Persiapan kelas. Pada fase ini siswa atau kelas harus mempunyai persiapan, sebelum mereka menerima pelajaran dengan menggunakan media.
- Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media. Pada fase ini penyajian bahan pelajaran dengan memanfaatkan media pengajaran. Keahlian guru dituntut di sini. Media diperbantukan oleh guru untuk membantu tugasnya menjelaskan bahan pelajaran.
- Langkah kegiatan belajar siswa. Pada fase ini siswa belajar dengan memanfaatkan media pengajaran. Pemanfaatan media di sini bisa siswa sendiri yang mempraktikkannya ataupun guru langsung memanfaatkannya, baik di kelas atau di luar kelas.
- Langkah evaluasi pengajaran. Pada langkah ini kegiatan belajar dievaluasi, sampai sejauh mana tujuan pengajaran tercapai, yang sekaligus dapat dinilai sejauh mana pengaruh media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan proses belajar.
G. Program Perbaikan
Program
perbaikan merupakan satu kesatuan dengan proses pembelajaran. Program perbaikan
ini dilaksanakan guna memperbaiki nilai siswa yang masih dibawah taraf minimal.
Program perbaikan salah satunya yaitu dengan Remidial Teaching. Remedial
teaching atau pengajaran perbaikan adalah suatu pengajaran yang bersifat
menyembuhkan atau membetulkan, atau dengan singkat pengajaran yang membuat
lebih baik. Dapat dikatakan pula bahwa pengajaran perbaikan itu berfungsi
terapis untuk penyembuhan. Yang disembuhkan adalah berupa hambatan (
gangguan) kepribadian yang berkaitan dengan kesulitan belajar sehingga dapat
timbal balik dalam arti perbaikan belajar juga pribadi dan sebaliknya. Seperti
yang kita ketahui bahwa dalam proses belajar mengajar siswa diharapkan dapat
mencapai hasil yang optimal, sehingga apabila ada siswa yang belum berhasil
mencapai hasil yang diharapkan maka diperlukan suatu pengajaran yang membantu
agar tercapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian pengajaran perbaikan
diarahkan kepada pencapaian yang optimal sesuai dengan kemampuam masing –
masing siswa. Maka pengajaran perbaikan atau remedial teaching adalah bentuk
khusus pengajaran yang berfungsi untuk penyembuhan, membetulkan atau membuat
menjadi baik.
Dalam pengajaran perbaikan biasanya mengandung
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Mengulang pokok bahasan secara
keseluruhan
2. Mengulang bagian dari pokok
bahasan yang hendak dikuasai
3. Memecahkan masalah melalui soal
soal
4. Memberikan tugas-tugas individu
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas bahwa dapat dapat diambil
kesimpulan bahwa:
- Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila TIK tersebut dapat tercapai. Untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK, guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan satu satuan bahasan kepada siswa.
- Keberhasilan belajar mengajar dapat dilihat dari daya serap siswa terhadap bahan pengajaran dan pencapaian perilaku yang digariskan dalam TIK.
- Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar berupa tes formatif, tes sub sumatif dan tes sumatif.
- Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
1.
Keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa
tingkatan atau taraf keberhasilan yaitu dengan kata “istimewa/maksimal, baik
sekali/optimal, baik/minimal, kurang”.
2.
Program perbaikan merupakan satu kesatuan dengan
proses pembelajaran. Program perbaikan ini dilaksanakan guna memperbaiki nilai
siswa yang masih dibawah taraf minimal. Program perbaikan salah satunya yaitu
dengan Remidial Teaching.
3.
Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan,
diantaranya:
1. Tujuan
2. Guru/pendidik
3. Anak didik
4. Kegiatan
pembelajaran dengan pendekatan,
model, metode dan strategi
pembelajaran yang tepat
5. Bahan dan
alat evaluasi
6. Suasana
evaluasi
DAFTAR
PUSTAKA
ü J.mursel
dan Prof. Dr. S.Nasution, M.A. Mengajar dengan Sukses, PT Bumi Aksara.
hal.1
ü Abu Ahmadi
dan Joko Tri Prasetya. SBM. 1997. Bandung: CV pustaka setya, hal 158.
ü Drs. Ahmad
Rohani HM dan Drs. Abu Ahmadi. 1995. Pengelolaan pengajaran, PT Rienika
cipta,. hal. 159
ü Drs. Lukmanul Hakim, M.Pd. Perencanaan
Pembelajaran, Bandung. CV Wacana Prima : 2008
ü Drs. Rudi Susilana, M.Si, Cepi Riyana,
M.Pd, Media Pembelajaran, (Bandung, CV Wacana Prima : 2007
ü Moh Uzer Usman dan Lilis Setiawati; Upaya
Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung. PT Remaja Rosdakarta :
1993
0 Response to "Merencanakan Pendekatan,Model,Metode,dan Strategi Pembelajaran Yang Tepat "
Post a Comment